makalah koperasi

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang Masalah

Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen, berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri, percaya pada diri sendiri dan kebersamaan akan melahirkan efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk mampu bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan koperasi sebagai badan usah yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Disinilah koperasi harus tetap mempertahankan hidupnya agar dapat bersaing dalam pasar.

Dalam persaingan pasar, koperasi haruslah mampu mempertahankan dirinya agar para pelanggan tetap mau berkerjasama dengan koperasi. Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana koperasi menaganaliis harga, mengigat bahawa pasar tak lepas dari harga –harga yang selau bersaing dengan ketat. Mulai bagaiman koperasi memproduksi barang dengan murah mampu bersaing dengan para penjual dan bagaimana koperasi mempertahankan dirinya dalam pasar persaingan sempurna dan tak sempurna dengan motode pertahanan harga pasar.

 

1.2 Rumusan Masalah.

  1. Apakah masalah koperasi pada pemasaran?
  2. Bagaimana pendekatan kinerja SRTUKTURE-CONDUCT?
  3. Bagaimana kinerja koperasi dalam persaingan sempurna?
  4. Bagaimana kinerja koperasi dalam pasar persaingan tidak sempurna?
  5. Bagaimana kinerja koperasi dalam pasar oligopoli?
  6. Bagaimana kinerja koperasi dalam pasar monopoli?
  7. Bagaimana skala ekonomi dan kinerja komperatif koperasi?

 

1.3 Tujuan

  1. Dapat mengetahui masalah ekonomi dan mengetahi bagainan cara menyelesaikan masah-masalah koperasi dalam pasar.
  2. Dapat mengetahui pendekatan kinerja strukture conduct pada koperasi.
  3. Dapat mengetahui kinerja kopersi dalam pasar persaingan sempurna.
  4. Dapat mengetahui kinerja koperasi dalam pasar tak sempurna.
  5. Dapat mengetahui kinerja koperasi dalam pasar oligopoli.
  6. Dapat mengetahui kinerja koperasi dalam pasar monopoli.
  7. Dapat mengetahui skala ekonomi dan komperatuf koperasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

2.1  Masalah Koperasi dalam Pemasaran.

Dalam  pasar terdiri dari produsen, konsumen, dan penjual/pedagang. Dengan gambar sebagai berikut:    

 

Pada bagan diatas dijelaskan bahwa ada beberapa alternatif produsen menjual barang yaitu:

  1. menjual langsung pada konsumen
  2. menjual ke penjual/ pedagang.
  3. Menjual ke koperasi.

Produsen akan menjual barang produksinya kepada koperasi jika memberi manfaat sama dengan menjual pada penjual/tengkulak atau menfatnya lebih besar menjual kepada koperasi.

Dari segi konsumen  hampir sama. Konsumen memiliki alternatif bertransaksi secara langsung dengan produsen atau melalui penjual sebagai perantara (antara konsumen dan produsen) ataupun melalui koperasi. Keputusan untuk bertransaksi dengan penjual diambil jika manfaat transaksi dengan penjual lebih besar dari bertransaksi langsung dengan produsen.

Masalah yang dihadapi koperasi dalam pemasaran adalah persaingan dalam pemasaran dan persaingan haga. Sebagaimana yang di gambarkan sebelumnya, sebagian masalah penting dalam organisasi koperasi dapat di kurangi melalui integrasi vertikal. Dari posisi given dalam rantai pemasaran, misalnya produsen barang perusahaan: perusahaan dapat melakukan integrasi ke hulu, internalisasi pedagang input bahkan produsen input (bahan baku dll) atau perusahaan dapat melakukan integrasi ke hilir, internalisasi distributor produk mereka (misalnya grosir atau bahkan pengecer). Dalam integrasi hilir, para produsen mendirikan grosir sendiri dan atau beralih ke eceran dan mendirikan toko sendiri.

Selain dalam persaingan harga koperasi di hadapkan oleh persaingan harga seperti yang telah di ungkapkan oleh Robinson dan Etwell bahwa penjual akan memilih harga pasaraan yang lebih murah dari pada harga lainya yang lebih tinggi. Disisnilah koperasi harus bisa mengatur harga yang sesuai dengan harga pasar.

 

2.2  Pendekatan Kinerja Structure-Conduct

Dalam subbab berikut dianalisis, dalam kondisi pasar yang bagaimana koperasi dengan tingkat given dapat mencapai hasil ekonomis yang lebih baik bagi anggotanya. Ada dua pandangan teoritis tentang bagaimana koperasi pada pasar yang berbeda dapat menyediakan manfaat ekonomi bagi anggota dibandingkan dengan perusahaan non koperasi.

Pendekatan pertama, model struktur pasar neo-klasik standart adalah suatu pendekatan yang paling umum dipakai dalam literatur koperasi. Model Neoklasik standar terdiri dari pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik (tidak sempurna), oligopoli, dan monopoli. Pada ujung yang satu (monopoli) tingkat persaingan adalah nol sedangkan pada ujung yang lain (persaingan sempurna) tingkat persaingan adalah maksimal.

Pandangan persaingan ini melihat adanya hubungan sebab akibat langsung antara struktur (industri), tindakan perusahaan (condact of the firm) dan kinerja (pasar).

Struktur pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif permanen bagi perusahaan dan mempengaruhi tindakan perusahaan dalam jangka panjang khususnya dalam penentuan harga pasar. Struktur pasar tergantung pada pertimbangan-pertimbangan seperti jumlah penjual dan pembeli di pasar, kesamaan produk mereka dan kemudahan perusahaan untuk memasuki dan meninggalkan industri (pasar). Tindakan pasar (market conduct) atau perilaku (behavior) bisnis dapat dipahami sebagai pilihan taktik dan strategi yang terdapat pada pembagian perusahaan dalam struktur pasar yang khusus.

 

 

 

Kinerja pasar berhubungan dengan hasil-hasil ekonomis dan non-ekonomis yang ditentukan oleh struktur pasar atas ‘behavior’ perusahaan yang harus dihasilkannya. Kinerja dapat dilihat dalam hubugannya dengan dimensi-dimensi yang berbeda seperti efisiensi ekonomis/alokatif, mutu produk, kemajuan teknologi, dan dalam hal koperasi, promosi anggota.        

Sebagaimana yang dapat dilihat dalam tabel di atas ada tiga kategori yang menentukan standar proses pasar yaitu struktur, tindakan (conduct), dan kinerja yang berhubungan erat dan saling menentukan struktur pasar menetukan prilaku perusahaan dalam industri atau pasar sedangkan tindakan menetukan kualitas kinerja perusahaan maupun pasar.

Berkenaan dengan koperasi, kini dapat ditentukan secara lebih seksama tujuan dari analisis harga dalam struktur pasar. Karena sampai saat ini teori koperasi telah menggunakan pendekatan ini secara luas, dan karna kesimpulan penting bisa ditarik dari pembahasan tersebut, maka pendekatan ini tampaknya bisa digunakan sebagai langkah awal yang penting untuk analisis selanjutnya.  Pertama-tama akan dianalisis tentang kebijakan harga koperasi pembelian (supply) yaitu koperasi yang membeli dan mendistribusikan input atau produk bagi para anggotanya, misalnya pupuk. Selanjutnya akan dibahas mengenai kebijakan koperasi pemasaran (yaitu koperasi yang membeli produk dari anggota dan memasarkan produk kepada masyarakat umum).

 

2.3  Koperasi dalam Persaingan Sempurna

2.3.1        Hakikat Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli ekonomi. Model persaingannya merupakan dasar analisis dan riset terapan yang luas.

Karakteristik model pasar persaingan sempurna, sebagai berikut:

  1. Jumlah pembeli dan penjual yang  besar/banyak.

Jumlah yang besar merupakan gambaran struktural dasar pasar persaingan sempurna. “Besar” disini, tidak mengacu pada jumlah tertentu. Akan tetapi harus ada cukup perusahaan, sehingga masing-masing perusahaan, sebesar apa pun hanya memasok sebagian kecil dari jumlah keseluruhan yang mempengaruhi pasar. akibatnya, tingkat produksi perusahaan (kapasitas penuh atau tidak berproduksi sama sekali), tidak akan berpengaruh besar pada harga pasar.

  1. Seluruh perusahaan menjual produk yang identik (homogenitas product)

Asumsui homogenitas produk, memiliki beberapa implikasi penting:

a)      Tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam pesaingan non harga (melalui iklan dan bentuk-bentuk promosi penjualan lainnya). Karena produk-produknya identik, dan pembeli mengetahui hal itu, persaingan non harga tidak akan menambah keunggulan pasar bagi suatu perusahaan atas perusahaan lainnya.

b)      Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung bahwa masing-masing perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.

  1. Perusahaan bebas keluar masuk pasar.

Tidak ada hambatan untuk masuk atau keluar dari pasar, baik dari perusahaan maupun sumber-sumber daya yang digunakannya. Karakteristik ini merupakan bagian dari struktur pasar.

  1. Pengetahua yang sempurna dari pembeli dan penjual.

Pembeli maupun penjual diasumsikan memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai kondisi pasar. informasi dapat diperoleh secara cuma-cuma.

 

2.3.2        Ekuilibrium Usaha Koperasi dalam Persaingan Sempurna

2.3.2.1  Tujuan-tujuan Usaha Koperasi

  1. Memaksimalkan laba

Perusahaan berada dalam kondisi ekuilibrium ketika ia memaksimalkan laba yang didefinisikan sebagai perbedaan antara total cost (TC) dan total revenue (TR).

  1. Maksimisasi Output

Kondisi akan terwujud jika average cost (AC) = average revenue (AR). Harganya menjadi P = AC = AR.

  1. Maksimisasi Average Cost

Memberikan pelayanan kepada anggota dengan tingkat harga yang serendah-rendahnya.

  1. Kompetitif Ekuilibrium

Koperasi berperilaku seperti halnya ia berada di dalam struktur pasar yang kompetitif. Dalam persaingan sempurna, ekuilibrium akan diperoleh jika MC = P = AC.

  1. Maksimisasi SHU/Dividend (Patronage Refund)

Jika koperasi bertujuan untuk memaksimumkan SHU yang dapat didistribusikan kepada anggotannya koperasi tersebut harus memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari perbedaan harga yang akan dibebankan dengan rata-rata biaya produksinya.

 

2.3.2.2  Kinerja Jangka Pendek Koperasi

Suatu koperasi yang menjual barang atau jasa secara seceran kepada anggotanya memasuki suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus memberikan paling sendikit manfaat yang sama dengan pasar bagi para anggotannya.

Dalam analisis kinerja komperatif jangka pendek koperasi dalam suatu pasar persaingan sempurna akan dibedakan kembali kasus-kasus kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.

 

Kasus 1: Kemampuan koperasi sama dengan kemampuan manjerial pesaingnya

Dalam persaingan sempurna, suatu koperasi tidak mempunyai kendala atas harga pasar. kurva permintaan koperasi akan sangae elastis, ia dapat menjual sebanyak mungkin atau sedikit mungkin output sebagaimana yang dikehendakinya tanpa mampu mempengaruhi harga.

      Sesuai dengan kaidah AC=MR=harga (dalam pasar persaingan sempurna), satu-satunya perbedaan antara perusahaan biasa dengan koperasi adalah koperasi akan menyediakan jumlah lebih banyak untuk harga yang sama, bila dibandingkan dengan perusahaan biasa. Oleh karena itu, dalam jangka pendek keputusan untuk membeli dari koperasi tidak memiliki keunggulan dibandingkan dengan membeli dipasar.

 

Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah daripada pesaing.

            Dalam kondisi seperti ini koperasi tidak dapat meningkatkan harga di atas harga pasar dengan artian bahwa koperasi menjual barangnya dibawah harga pasar sehingga koperasi akan mengalami kerugian yang harus ditanggung oleh anggota atau pihak luar. Kesenjangan kemampuan tersebut sangat signifikan terutama pada fase awal dari kelahiran koperasi. Pada saat itu manajemen mungkin masih belum berpengalaman atau manajemen yang baik sulit untuk diajak berkecimpung dalam koperasi. Beberapa koperasi dapat melalui masa-masa sulit tersebut dengan mempekerjakan manajer kehormatan (tidak dibayar menurut atau gaji pasar). Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dapat bertahan, sepanjang ia dapat menghindari kerugian produksi. Koperasi dapat menjual produk yang homogen pada tingkat harga yang sama seperti para pemasok non-koperasi, bahka jika jumlah produk yang dipasok, lebih sedikit.

 

Kasus 3: Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi daripada pesaing.

            Suatu koperasi dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi dapat memproduksi output tertentu dengan biaya yang lebih rendah daripada pesaingnya. Satu-satunya perubahan yang terjadi (bila dibandingkan dengan kasus yang telah dikajikan sebelumnya) adalah tingkat produksi yang lebih tinggi.

Sebagai kesimpulan, dalam persaingan sempurna jangka pendek, koperasi tidak berfungsi karena tidak memiliki keunggulan koperatif dalam memajukan anggotanya.

 

2.3.2.3  Kineja Jangka Panjang Koperasi

Dalam jangka panjang, koperasi hanya menggunakan faktor-faktor variabel produksi, maka ia dapat mengubah kapasitas produksinya, dalam analisis kerja komperatif jangka panjang koperasi dalam suatu pasar persaingan sempurna, akan dibedakan kembali kasus-kasus kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.

 

Kasus 1 : Koperasi dengan kemampuan manajerial yang sama dengan kemampuan pesaing.

Dalam jangka panjang, harga dalam pasar persaingan sempurna akan sama dengan biaya produksi rata-rata minimumnya. Tidak ada perbedaan baik dalam harga maupun kuantitas barang yang dijual koperasi maupun perusahaan non-koperasi yang memeksimalkan keuntungan. Namun dalam jangka pendek, koperasi akan mampu menghasilkan out put lebih banyak dengan harga yang sama. Kaidah harga ini berlaku bagi seluruh partisipan pasar.

 

Kasus 2 : Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari pada pesaing.

Jika koperasi yang memiliki kemampuan lebih rendah (berarti biaya lebih tinggi), dalam jangka panjang, koperasi ini mungkin tidak dapat bertahan. Karena koperasi hanya merupakan pemain kecil yang tidak mampu mempengaruhi harga pasar, ia tidak dapat meminta anggotanya untuk membayar lebih mahal dari harga pesaing. Dengan struktur biaya yang lebih tinggi, koperasi akan menderita kerugian. Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan lebih rendah dapat bersaing dibawah kondisi-kondisi tertentu, namun hal ini sulit terjadi dalam jangka panjang. Kematian ekonomi dari suatu koperasi tak dapat terelakkan. Koperasi dengan kemampuan rendah mungkin dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu karena tertolong oleh antusiasme dan kesetiaan anggota mereka. Jika manfaat bagi anggota tidak didahulukan, maka kesetiaan anggota akan turun. Bila ini terjadi koperasi akan lenyap kecuali ia mampu menekan biaya atau meningkatkan kemampuan manajerialnya.

 

Kasus 3 : Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih tinggi.

Koperasi dengan kemampuan manajerial lebih tinggi dapat melebihi pesaingnya melalui dua strategi:

  1. Menyediakan barang dengan harga yang lebih rendah.
  2. Memberikan harga yang sama dengan pesaing kemudian membagi SHU kepada anggota.

Koperasi dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam jangka panjang hanya jika ia berhasil mengurangi biaya terus-menerus pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan dengan para pesaingnya. Hal ini membutuhkan keunggulan kompetensi koperasi yang sifatnya permanen.

Kesimpulan :

Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajerial lebih rendah dari pada perusahaan biasa (yang lebih sering terjadi), maka koperasi tidak akan berhasil dalam persaingan. Untuk memberikan anggotanya pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tersedia dipasar, suatau koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, bisa melalui penekanan biaya (inovasi dalam teknologi) maupun melalui produk yang lebih baik (inovasi produk).

Dalam pasar persaingan sempurna, koperasi harus memiliki kemampuan inovatif superior sekalipun dalam jangka pendek, saat koperasi ingin memberikan keunggulan ekonomis yang lebih tinggi bagi para anggotanya dibandingkan dengan para pesaingnya. Ini merupakan tuntutan berat yang tidak mampu dipenuhi oleh sebagian besar koperasi.

Dalam jangka panjang, (dengan asumsi masuk dan keluar yang bebas dari pasar), diperkirakan bahwa keunggulan persaingan koperasi yang tercipta oleh inovasi, akan tersaingi oleh pesaing. Dengan demikian, dalam jangka panjang koperasi juga tidak memiliki keunngulan khusus.

Pengecualian terjadi jika koperasi dapat meningkatkan kemampuan inovatifnya secara lebih cepat dibandingkan dengan para pesaing. Baru kemudian koperasi mampu memperkenalkan secara berkesinambungan inovasi-inovasinya pada tingkat yang lebih cepat dari para pesaingnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi seperti ini lebih sulit dicapai oleh koperasi-koperasi di negara berkembang.

Pakar teori koperasi, Ohm, sehubungan dengan itu menyimpulkan bahwa dalam persaingan sempurna, koperasi menjadi tidak berfungsi karena tidak dapat memberikan keunggulan yang belum atau tidak disediakan oleh pesaing.

 

2.4. Kinerja Koperasi dalam Persaingan tidak sempurna

2.4.1  Definisi

Persaingan tidak sempurna memiliki karakteristik yang serupa dengan struktur pasar persaingan sempurna  (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa setiap pemasok juga merupakan monopolis kecil (pesaingan monopolistik kelompok besar). Model persaingan tidak sempurna atau monopolistik ini telah diperkenalkan secara serempak oleh beberapa penulis (1930) yang tidak puas dengan kekuatan prediktif dan penjelasan dari model persaingan. Persaingan sempurna gagal menjelaskan dan memprediksi perilaku dalam beberapa situasi kelompok besar yang ditandai dengan oleh periklanan, perbedaan produk dan diskriminasi harga. Seluruh kegiatan tidak mungkin yang terjadi dalam persaingan sempurna.

Asumsi  yang menjadi dasar dari model persaingan monopolistik secara esensial sama dengan persaingan sempurna kecuali dalam hal homogenitas produk. Dalam persaingan tidak sempurna para penjual bersaing melalui deferensiasi produk. Diferensiasi ini berasal dari perbedaan kualitas, periklanan, lokasi penjualan, kemasan dan lain-lain. Setiap perusahaan berupaya agar produknya berbeda dengan produk yang dijual oleh produk produsen lain. Menurut beberapa ahli ekonomi struktur pasar ini secara empiris paling relevan. Satu hal yang membedakannya dari situasi persaingan sempurna adalah adanya heterogenitas produk sehingga masing-masing penjual dapat berperilaku sebagai monopolis kecil. Saat penjual mengubah harganya, tidak akan ada perpindahan total konsumen. Kurva permintaannya pun tidak akan horizontal melainkan menurun, menandakan elastisitas permintaan yang kurang sempurna.

 

2.4.2  Analisis Jangka Pendek

Karena dalam persaingan monopolistik setiap pemasok merupakan monopolis kecil, maka kurva  permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam pasar persaingan sempurna. Jadi perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan harga, terutama jika tidak banyak perusahaan yang menjadi monopolis. Oleh karena itu kurva permintaannya akan lebih menurun lagi. Semakin besar jumlah perusahaan dan semakin sedikit perbedaan produknya maka semakin elastis kurva permintaan tiap perusahaan.  Suatu perusahaan dalam struktur persaingan tidak sempurna akan mengoptimalkan laba dengan memproduksi kuantitas.

Kasus 1: Kemampuan koperasi sama dengan pesaing lain

Suatu koperasi yang bertujuan memaksimalkan laba akan beroperasi pada MC=MR dengan harga dan kuantitas. Jika  koperasi ingin menyediakan anggotanya dengan produk rata-rata serendah mungkin, koperasi akan memproduksi kuantitas  dengan harga. Karena terdapat laba yang cukup besar pada SHU (patronage refund) dapat dibagikan.

Sebagaimana yang dibahs pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, keputusan untuk berproduksi pada tingkat biaya rata-rata serendah mungkin, tidak akan menghasilkan kondisi yang stabil/ekuilibrium. Para anggota baru akan masuk dan atau anggota lama akan mendorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan harga pasar yang lebih tinggi). Solusi kompetitif (competitive solution) akan tercapai saat MC=AR.

Keputusan apa yang dianggap optimal ? dan strategi harga apa yang sebenarnya akan dilakukan ? pertanyaan ini sulit untuk dijawab secara umum, karena  hal ini tergantung pada distribusi kekuatan dan pola pertisiapasi dalam koperasi yang bersangkutan. Jika manajemen memiliki kewenangan untuk memilih mereka mungkin akan lebih memilih harga yang dapat memberikan laba untuk ditanamkan kembali dan mengembangkan usahanya.

Kesimpulan dalam jangka pendek koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaing, dapat memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan pasar.

Manfaat jangka pendek tambahan diperoleh jika pelayanan yang dijual merupakan sesuatu yang baru bagi anggota (misalnya pupuk di negara berkembang). Karena penghapusan efek monopoli koperasi tidak hanya menjual barang dengan harga murah tetapi juga dengan jumlah yang banyak, dalam hal ini input yang baru. Dengan demikian inovasi yang dilakukan akan menjadi lebih mudah dan menguntungkan.

Kasus 2: Koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah

            Apabila kemampuan manajerial koperasi lebih rendah daripada perusahaan swasta, koperasi masih akan mampu menyediakan pelayanan yang lebih baik bagi anggota sepanjang kurva biaya rata-rata memotong fungsi permintaan pada titik lebih rendah dari harga yang diminta oleh perusahaan swasta. Bahkan dalam jangka pendek pun, kesenjangan kemampuan ini tidak akan mampu mengahalngi keunggulan komparatif koperasi.

 

2.4.3    Analisis Jangka Panjang

Kasus 1. Kemampuan sama

Sekalipun koperasi dalam persaingan tidak sempurna dapat menghasilkan laba, bukan berarti ia mampu menyaingi laba swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu kecil untuk dapat memberikan dampak langsung pada penjual lainnya. Keuntungan pribadi (private profit) ini akan menraik pemain baru untuk memasuki pasar. Akibatnya kurva permintaan sedikit demi sedikit akan bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak akan masuk lagi ketika seluruh laba telah habis. Ekuilibrium jangka panjang inilah yang digambarkan Chamberlain dalam solusi yang dikenal dengan tangency

Pada ekuilibrium jangka panjang, kurva permintaan akan merupakan tangen bagi kurva biaya rat-rata. Seluruh laba akan hilang atau habis. Hasil yang mengejutkan adalah bahwa dalam jangka panjang perusahaan swasta akan mengikuti kaidah harga yang sama dengan koperasi. Dalam jangka panjang tampaknya koperasi tidak dapat memberi keuntungan tambahan bagi para anggota. Situasi yang sama juga akan terjadi seperti pada persaingan sempurna jangka pendek. Koperasi kembali menjadi tidak berfungsi.

Harus diingat bahwa dalam jangka panjang pemilihan harga oleh koperasi memiliki keterbatasan. Koperasi tidak dapat beroperasi ketika LRAC (biaya rata-rata jangka panjang)nya minimal, maupun ketika LRMC (biaya marginal jangka panjang)nya memotong kurva AR (pendapatan rata-rata) karena kedua kondisi ini akan menyebabkan kerugian.

Kasus 2 : Kemampuan Lebih Rendah

Lebih sulit menelaah koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan monopolistik. Ketika fungsi permintaan  sama bagi semua pelaku pasar produsen yang berbiaya tinggi tidak akan mampu bersaing karena fungsi permintaannya akan lebih rendah daripada jangka panjangnya. Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.

Setiap produsen juga merupakan monopolis kecil. Ia dapat mempengaruhi kurva permintaannya sendiri misalnya melalui iklan dan promosi penjualan. Jika koperasi lebih baik dalam pemasaran dibandingkan pesaingnya maka kelebihannya ini dapat menjadi kompensasi bagi kelemahannya dari sisi biaya. (disadvantages) sampai pada titik tertentu.

Akan tetapi jika kemampuannya lebih rendah ini meluas mulai dari produksi sampai dari pemasaran koperasi tersebut tidak akan bersaing dalam jangka panjang.

Kesimpulan dari analisis diatas sama dengan kesimpulan pada pasar persaingan sempurna. Jika beralih dari jangka pendek koperasi cenderung lenyap. Koperasi akan memerlukan tingkat kemampuan yang sama sebagaimana pesaingnya untuk dapat bertahan. Akan tetapi kesimpulan ini berlaku hanya bagi koperasi yang menjual produk kepada anggotanya sendiri.(koperasi pembelian)

Argumen berikut serring ditemukan pada literatur koperasi- anggota tidak tertarik pada deferensiasi produk atau anggota dapat di didik untuk dapat memilih produk-produk sederhana seperti pembayaran tunai daripada kredit, tidak ada jasa pengiriman, pengepakan sederhana, tidak ada iklan dan lain-lain. Konsekuensinya koperasi akan mampu mengurangi biaya kemudian mampu mempertahankan keunggulannya bahkan dalam jangka panjang.

Muncul dua argumen yang bertolak belakang. Pertama jika pelanggan benar-benar tertarik pada produk tanpa deferensiasi (non differentiated products ) bukankah perusahaan-perusahaan swasta pun mampu menjual-menjual produk semacam itu ? berlaku tidaknya argumen ini merupakan pertanyaan empiris. Apakah pelanggan akan mengatakan apa yang diinginkannya atau mereka harus dididik atau ditekan oleh manajemen koperasi ?  pedagang mungkin tidak akan tertarik jika volume-volume penjualan produk-produk ini terlalu rendah. Di pihak lain mungkin koperasi berhasil menarik banyak atau seluruh pembeli yang lebih memilih produk sederhana.

Kedua, para pemakai input mungkin terikat pada pemasok bukan hanya karena mereka pemasok input tertentu saja, tetapi juga karena mereka menyediakan pelayanan-pelayanan alainnya (interlocking services). Mungkin tidak mudah bagi koperasi untuk merebut pangsa pasar walaupun ia mampu menyediakan input tersebut denagn harga lebih rendah tanpa menyertakan pelayanan lainnya.

Kesimpulan dari pembahsan ini adalah dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna koperasi dalam persaingan monopolistik setidaknya memiliki keunggulan kinerja jangka pendek jika kesenjangan kemampuannya tidak terlalu besar. Hal ini memberikan kesempatan bagi koperasi untuk membangun kemampuan manajerialnya agar dapat bersaing secara lebih baik dalam jangka panjang, dengan pengecualian bahwa koperasi dengan kemampuannya lebih rendah akan lebih sulit untuk bertahan.

 

2.5 Koperasi dalam Pasar Oligopoli

2.5.1 Definisi dan Asumsi

Persaingan di antara bebrapa anggota penjual (oligopoli) berbeda dari persaingan di antara banyak angota (persaingan sempurna dan tidak sempurna) karena telalu sedikitnya anggota, akan menghasilkan ketergantungan alam pengambilan keputusan. Jika seorang penjual mengurangi harga produknya, penjual lain akan segera kehilangan pangsa pasarnya bila tidak bertindak serupa. Untuk alasan ini, dalam pasar oligopoli sering di temukan kordinasi harga untuk mencegah perang harga yang merugikan maupun persaingan non-harga.Dalam struktur pasar yang ditandai oleh sedikitnya jumlah perusahaan, masing-masing oligopolis memformulasikan kebijakaanya dengan selalu memperhatikan pengaruhnya bagi para pesaing.

Terdapat banyak sekali penjelasan teoritis mengenai oligopoli yang merupakan hasil langsung dari perbedaan fenomena oligopoli itu sendiri. Asumsi yang menyatukan hampir seluruh model oligopoli adalah bahwa jumlah penjual di pasar hanya sedikit, sehingga mereka menyadari adanya saling ketergantungan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka. Seorang penjual menyadari bahwa tindakannya akan mempengaruhi penjual lainnya dan bahwa penjual lain pun akan bereaksi atas tindakan tersebut. Tipe dan waktu reaksi ini sering kali tidak dapat diprediksi sebelumnya.

2.5.2 Strategi Harga Koperasi

Strategi dasar koperasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan faktor harga sebagai parameter tindakan dan penggunaan faktor non-harga melalui pengurangan biaya diferensiasi produk, kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan harga yang aktif, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk menyingkirkan koperasi yang baru masuk. Jika pesaing dapat dengan mudah melenyapkan pihak luar dan membuat luar bergantung pada bantuan luar untuk bertahan hidup.

Faktor-faktor yang menyebabkan pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk menyingkirkan koperasi jika produknya sejenis adalah:

  1. Selisih biaya (keunggulan biaya) koperasi.
  2. Posisi likuiditas para pelaku pasar.
  3. Kesediaan anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin terjadi (tingkat kesetiaan anggota).

Untuk menelaah pengaruh koperasi, asumsikan bahwa sebelum masuknya koperasi para oligopolis berkolusi untuk memaksimalkan laba mereka. Bukannya bersaing harga, mereka malah secara diam-diam mengkordinasikan harga untuk mempertahankan laba mereka diatas tingkat persingan. Jika hal tersebut terjadi maka koperasi harus tanggap dengan tindakan pesaing. Jika mereka menurunkan harga dibawah harga pasar maka koperasi harus mengikuti penurunan harga seperti yang mereka lakukan.

Pemotongan harga yang mematikan.

Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan perusahaan-perusahaan lainnya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang sejak beberapa tahun lamanya mampu  mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi (ataupun pemimpin harga).

Apa yang dilakukan pada pesaing koperasi? Mereka dapat menanggapi kebijakan harga koperasi dengan melakukan pemotongan harga yang mematikan yaitu menjual produk pada harga dibawah rata-rata total atau biaya langsung. Kerugian dapat ditutup dari laba monopoli yang terakumulasi ketika harga masih tinggi (ketika koperasi masih belum memasuki pasar).

Tetapi, karena koperasi tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup, ia dapat disingkirkan dari pasar sehingga harga dapat meningkat kembali, serta kerugian sementara tadi dapat diganti oleh laba diatas normal (monopolistik) lagi. Efek koperasi atas kebijakan harga aktiv akan bernilai nol.

Kepemimpinan harga (price leadership)

Kesimpulan sejauh ini adalah bahkan sekalipun kemampuan manajerial koperasi tidak memiliki yang lebih rendah, akan lebih baik jika koperasi menggunakan ‘ senjata’ harga secara hati-hati agar bisa bertahan dalam persaingan-mengingat bahwa dalam oligopoli pemotongan harga dapat dengan mudah lepas kendali

Salah satu cara untuk mencegah perang harga yang merusak koperasi adalah dengan ‘mengikuti pemimpin (harga) ‘ dalam menjual kepemimpinan harga sebanarnya adalah bentuk lain dari kolusi. Hal itu terjadi bila perubahan harga dari suatu perusahaan diikuti oleh perusahaan lainnya. Terdapat beberapa bentuk kepemimpinan harga :

  1. Kepemimpinan oleh perusahaan berbiaya rendah.
  2. Kepemimpinan oleh perusahaan besar (dominan)
  3. Kepemimpinan harga barometrik

Mengikuti harga merupakan strategi yang rasional bagi koperasi, jika koperasi tersebut kecil atau memasuki pasar dengan biaya awal lebih tinggi, oleh karena itu secara de facto wajib mengikuti pemimpin yang sudah mapan. Bagi sebagian besar koperasi, hal ini merupakan asumsi yang realistis.

Hambatan masuk (barriers to entry) bagi koperasi

Banyak perusahaan yang telah lebih dulu ada mungkin tidak menganggap koperasi sebagai tantangan serius. Hambatan masuk yang sebenarnya ditujukan bagi perusahaan non koperasi, secara tidak sengaja juga akan menghambat masuknya koperasi.

Oligopoli mengasumsikan pembatasan atas masuknya pendatang baru. Tanpa hambatan masuk, para pesaing baru akan memasuki pasar dan industri akan cenderung mendekati persaingan sempurna (dengan produk-produk sejenis atau homogen) atau persaingan tidak sempurna (produk-produk tidak sejenis atau heterogen)

Hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru ke dalam struktur pasar oligopoli atau pasar monopolistik terdiri atas beberapa bentuk :

  1. Sangsi hukum pemerintah (paten,kuota,hal monopoli, waralaba atau franchise)
  2. Diferensiasi produk
  3. Kurangnya modal maupun pengetahuan, teknologi (kemampuan manajerial yang lebih tinggi merupakan hambatan masuk)
  4. Keterbatasan permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu/beberapa perusahaan saja yang mungkin mampu menghasilkan laba dalam pasar yang terbatas).
  5. Pembatasan harga

Bagi koperasi, tiga bentuk terakhir mungkin merupakan hambatan paling serius untuk memasuki pasar oligopoli (atau monopoli). Karena kurangnya modal dan/ atau rendahnya kemampuan teknologi dan manajerial (keahlian, pengetahuan teknis maupun pengalaman), maka kurva biaya koperasi yang memasuki pasar akan berada di atas kurva biaya perusahaan yang sudah mapan. Oleh karena itu, potensi masuknya koperasi tidak akan dianggap serius oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

 

2.5.3 Hambatan Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi

Telah dibahas sebelumnya bahwa ‘’kerjasama vertiakal‘’ merupakan aspek sentral bagi koperasi yang umumnya dijumpai. Jika dilihat dari perusahaan-perusahaan mapan, maka koperasi pembelian akan ‘’berintegrasi ke hulu’’ ke arah operasi yang lebih awal, sedangkan pemasaran akan ‘’berintegrasi ke hilir’’ menuju ke arah konsumen.

Masuknya sebuah koperasi dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkoordinasi secara koperasi oleh perusahaan (anggota) yang mapan.

Keunggulan potensial yang dimiliki oleh koperasi baru dibandingkan dengan perusahaan baru lain pada tingkat pasar yang sama (misalnya menjual input pada petani ), dapat terlahir dari identias pemilik jasa koperasi

2.5.4 Oligopoli dan monopoli alami

Dengan teknologi produksi saat ini, maka terdapat hanya beberapa atau bahkan hanya satu pemasok yang dapat memproduksi secara efisien. yang terjadi adalah sebagai berikut

  1. Jika produksi sudah mencapai skala ekonomi, biaya rata-rata dan biaya marginal produksi akan turun sejalan dengan peningkatan output.
  2. Permintaan terlalu rendah untuk dapat menghasilkan laba ekonomi yang positif.

Dalam literatur, kasus terakhir ini dianggap sebagai ‘’monopoli alami’’ (natural monopoly) yang berbed dari ’monopoli buatan’’ (artificial monopoly). Monopoli buatan disebabkan oleh hambatan masuk buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan yang memiliki hak paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan teknologi ‘’alami’’.

Dalam situasi monopoli alami, monopolis atau oligopolis akan mampu membebankan harga tinggi bagi produknya. Pendatang baru dihalangi atau tidak mungkin masuk karena keterbatasan pasar. beberapa pengarang melihat bahwa dalam monopoli alami inilah terdapat inti dari keunggulan komparatif koperasi.

Dapatkah koperasi berperan dalam situasi monopoli alami? Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan jika kperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopoli, maka ia harus memiliki keunggulan tambahan:

  1. Koperasi mempunyai teknologo lebih baik dari perusahaan yang digantikan.
  2. Koperasi menghasilkan produk/jasa yang lebih baik.
  3. Koperasi mewujudkan keunggulan gaya transaksi lainnya.
  4. Koperasi memiliki akses yang lebih baik ke kekuasaan politis demi mendapatkan kekuatan hukum untuk menyingkirkan monopolis.

Menghadapi tantangan koperasi yang mematikan tersebut, monopolis tentu saja akan memberikan perlawanan balik dengan memperkenalkan inovasinya sendiri:

  1. Memperkenalkan teknologi produksi baru yang memungkinkan untuk menghasilkan produk lama dapat memberi keuntungan pada tingkat permintaan yang lebih kecil.
  2. Meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan.

Keberhasilan koperasi akan sangat bergantung pada:

  1. Kemampuan inovasi koperasi
  2. Faktor-faktor yang belum ditentukan (seperti biaya transaksi atau pengurangan ketidakpastian).

Kesimpulan dari pembahasan  ini adalah bahwa pada kasus monopoli atau oligopoli alami, selama pasar terbuka bagi pendatang baru atau tidak ada hambatan masuk yang bermotif politik maupun hukum lainnya, maka masuknya koperasi ke dalam pasar seperti itu tidak dapat memberikan keunggulan tambahan.

Oleh karena itu, yang perlu dicari adalah penyebab keunggulan koperasi yang berada diluar argumen teori harga tradisional. Hal ini harus atau hanya dapat menjadi keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh organisasi non-kpoerasi yaiytu faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan aspek koperasi dari suatu organisasi. Sebagai contoh jika suatu monopolis alami ditantang oleh koperasi yang memberikan pelayanan yang lebih baik, monopolis tersebut tidak dapat meniru, karena akan mampu menirunya monopolis tersebut harus menjadi koperasi terlebih dahulu.

 

2.6. Kinerja Koperasi dalam Pasar Monopoli

2.6.1 Masuknya Koperasi ke dalam Pasar Monopoli

            Monopolis murni/sejati merupakan satu-satunya penjual dalam suatu pasar. Ketik suatu perusahaan merupakan satu-satunya penjual dalam suatu pasar, maka secara realistis perusahaan tersebut memiliki kekuatan atas produk, harga dan jumlahnya di pasar.

            Akan tetapi, ketika berbicara monopoli sejati, selalu mengacu kepada situasi di mana hanya terdapat satu penjual di pasar. Tidak ada produk yang siap menjadi substitusi/pengganti atas produk monopolis, serta tidak ada ancaman yang cukup berarti atas masuknya perusahaan baru.

            Asumsi-asumsi dasar mengenai monopoli sejati adalah sebagai berikut:

  1. Terdapat hanya satu penjual/pembeli di pasar bagi produk tertentu.
  2. Penjual tunggal tersebut memproduksi produk yang tidak memiliki substitusi/pengganti yang siap dipasar.
  3. Terdapat hambatan masuk yang besar di mana yang terpenting berupa hambatan hukum atau keunggulan bersaing.

Jika koperasi menghadapi monopolis, koperasi mampu mengambil laba monopoli dengan mengikuti kaidah harga “optimal” nya. Jika monopolis menyerang balik, maka yang terjadi situasi oligopoli dengan logika yang sama. Yang membuat kasus monopoli menarik adalah keunggulan potensialnya paling besar dalam struktur pasar bagi anggota koperasi.

Akan tetapi, untuk memperoleh hasil ini, harus diasumsikan bahwa hambatan masuk yang dipasang oleh monopolis untuk melindungi posisi pasarnya dapat diatasi koperasi. Hal ini akan merusak asumsi sentral dari teori monopoli, yaitu dengan masuknya perusahaan tambahan, maka pasar berubah dari monopoli menjadi oligopoli.

Seandainya koperasi mampu memasuki pasar , maka menurut Bauer et al., posisi monopoli akan bisa “diperebutkan” (contestable). Konsekuensinya, monopolis akan mengurangi harga (paling tidak untuk jangka waktu tertentu), sehingga pesaing menjadi tidak tertarik untuk memasuki pasar.

Di lain pihak, jika hambatan dapat mencegah perusahaan non-koperasi bersaing dengan monopolis yang ada, maka hambatan yang sama akan berlaku pada koperasi. Tidak ada hal yang dapat dilakukan oleh koperasi yang belum pernah dilakukan oleh perusahaan lain sebelumnya (Bonus, 1986, 314).

Jika koperasi tidak mampu memasuki pasar, maka monopolis akan bisa menjaga kekuasaannya. Kebijakan yang tepat adalah menghapus segala bentuk hambatan masuk buatan (artificial) sebagai respons atas situasi tarakhir.

2.6.2 Persaingan Potensial dan Koperasi

Merangkum pembahasan monopoli dan oligopoli, terdapat beberapa hal penting:

  1. Struktur pasar monopolistik dan oligopolistik membebankan  harga yang lebih tinggi dari biaya marginal, MC, yang dapat diartikan sebagai “kegagalan pasar” (market failure). Kegagalan pasar ini dapat diperbaiki dengan masuknya koperasi. Akan tetapi, sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, ini adalah hal yang problematis.
    jika pelaku pasar dapat mewujudkan selisih positif dari pendapatan atas biaya, maka pada saat yang sama, peluang laba bagi pendatang baru pun akan tercipta.

 

  1. Mengapa peluang laba pada pin di atas tidak dieksploitasi?
    a. Masuknya pesaing ke dalam pasar tidaklah bebas karena adanya hambatan-hambatan hukum, politik dan ekonomi (rent-seeking behaviour of political enterpreneurs). Kebijakan yang dapat mengatasi masalah ini bisa berupa perubahan atau penghapusan hak-hak hukum yang mendukung kekuatan monopoli.
    b. terdapat kesenjangan  kemampuan antara pelaku pasar dengan pendatang baru. Kesenjangan ini mencegah pesaing masuk dan melakukan peniruan. Situasi ini sangat mirip dengan masalah”monopolis-inovator” menurut  Schumpter, biaya “sewa” (rent) monopoli dapat diinternalisasikan karena kemampuan inovasi, teknologi dan kewirausahaannya yang lebih tinggi.
    c. Biaya/hambatan masuk sangat tinggi. Bagian yang cukup besar dari perbedaan biaya ini adalah kemampuan kewirausahaan (enterppreneurial ability).
    d. Biaya transaksi untuk mengeksploitasi peluang laba, terlalu tinggi. Telah diasumsikan bahwa biaya transaksi nol. Tetapi jika biaya transaksi positif, maka serangkaian argumen baru bisa diterapkan.

 

  1. Perilaku oligopolis dan monopolis sangat tergantung pada biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke pasar. Jika biaya atau hambatan  masuk rendah, maka dalam jangka panjang, pasar oligopoli dan monopoli tidak akan menyimpang jauh dari pasar persaingan sempurna. Tekanan persaingan dari pendatang potensial merupakan hambatan besar atas perilaku perusahaan yang berada di pasar. Ketika masuk/keluar pasar adalah bebas (tak ada batasan secara hukum) dan biaya masuk/keluar rendah (tidah ada kesenjangan kemampuan antara perusahaan di dalam dan di luar pasar), maka oligopolis dan monopolis mungkin mampu mencegah masuknya pesaing. hal ini juga kan menghalangi masuknya koperasi.

 

  1. Mengingat relevansi teori kinerja structure-conduct, maka penentu perilaku perilaku struktur pasar menjadi kurang relevan dalam persaingan potensial. Faktor-faktor penting bagi masuknya koperasi dan keberhasilan pasar kurang berkaitan denga pangsa pasar maupun jumlah perusahaan, melainkan lebih berkaitan dengan biaya masuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif setelah masuknya perusahaan dalam pasar.
    jika biaya masuk rendah dan tidak terdapat hambatan hukum dalam keluar/masuknya perusahaan ke pasar; maka keunggulan koperasi potensial akan kurang berkaitan dengan variabel-variabel struktur pasar (entah itu pasar persaingan sempurna, tidak sempurna oligopoli atau monopli). Hal yang lebih penting adalah biaya khusus yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru.
    jika biaya masuk rendah, maka keunggulan tambahan bagi anggota koperasi yang masuk ke pasar akan sulit terwujud karena:
    a. Koperasi harus memiliki kemampuan, inovasi lebih tinggi dibandingkan perusahaan  yang berada di pasar untuk memberikan keunggulan khusus yang diperoleh dari teknologi baru, metode-metode organisasional yang lebih baik maupun perbaikan produk dan layanan.
    b. koperasi harus mampu mengurangi biaya transaksi-lebih rendah dari biaya perusahaan yang berada di pasar.
    c. Koperasi juga harus mampe mewujudkan  keunggulan lain yang tidak diberikan oleh organisasi lainnya.

 

Ini merupakan dilema bagi koperasi karena:
a. Jika biaya masuk rendah, koperasi dapat memasuki pasar, namun tanpa memberikan keunggulan tambahan bagi anggota.
b. jika biata masuk koperasi tinggi disebabkan oleh kemampuan manajerial dan kewirausahaannya yang rendah, maka koperasi  tidak dapat memasuki pasar. Kembali tidak ada keunggulan koperasi khusus yang dapat memperoleh keuntungan diatas (supra) normal untuk jangka waktu  yang lama, sampai pemai harus  datang dan berhasil mengurangi kesenjangan kemampuan tersebut.

 

Dalam kedua kasus tersebut, koperasi tidak memperoleh apa-apa. Konsekuensinya, kita harus melihat teori-teori, hipotesis dan variabel-variabel lainnya untuk menjelaskan penyebab kinerja komparatif koperasi.

 

2.7 Skala Ekonomi dan Kinerja Komparatif Koperasi

2.7.1 Masalah dan Arti Skala Ekonomi

            Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah. Skala ekonomi lebih diartikan pada hubungan antara biaya rata-rata dengan skala ekonomi.

Skala ekonomi diperoleh dari dua hukum utama mengenai produksi:

  1. The law of Diminishing Return. Ini adalah hukum jangka pendek yang memiliki hipotesis bahwa output tumbuh pada tingkat yang menurun dan akhirnya malah akan benar-benar turun ketika suatu faktor/variabel input ditambahkan ke variabel input lain yang jumlahnya tetap, baik secara kuantitas maupun kualitas.
  2. Hukum kedua menganggap bahwa seluruh input dalam proses produksi adalah variabel. Hukum ini berhubungan dengan return to scale dan menggambarkan hubungan antara input dengan output dalam jangka panjang: perusahaan memiliki fleksibilitas penuh dalam menentukan karakter proses produksinya.

            Istilah skala ekonomi mengacu pada hubungan antara biaya rata-rata per unit waktu dengan skala perusahaan.

            Skala ekonomi riil memberikan keuntungan bersih (net again) bagi masyarakat, karena skala ekonomi ini menghasilkan output tertentu diproduksi dengan jumlah input lebih sedikit.

            Dilain pihak, skala ekonomi finansial (pecuniary), tidak tergantung pada efisiensi operasi. Hal ini sering merupakan hasil dari pemanfaatan kekuatan monopoli maupun kekuatan monopsoni (pembeli tunggal) untuk menekan perusahaan lain. Perilaku ini mengakibatkan pendistribusian kembali laba dari suatu perusahaan kepada perusahaan lainnya. Jadi, skala ekonomi financial tidak dapat dianggap sebagai suatu perbaikan dalam kesejahteraan ataupun efisiensi masyarakat luas. Tentu saja perusahaan yang menikmati skala ekonomi ini dapat meningkatkan keuntungannya. Tetapi keuntungan perusahaan ini bisa menjadi kerugian bagi perusahaan laiinya sehingga mixed blessing dari ekonomi secara keseluruhan.

2.7.2 Skala Ekonomi dan Organisasi Koperasi

            Jika koperasi beroperasi dengan kemampuan yang lebih rendah, maka biaya akan meningkat. Dalam kasus ini koperasi dapat dengan mudah disingkirkan oleh perusahaan swasta.

            Koperasi dapat merealisasikan skala ekonomi, dalam kondisi tertentu. Akan tetapi, di dalam kondisi lainnya, hasil yang berlawanan dapat terjadi.  Jika koperasi mampu merealisasikan skala ekonomi, hampir merupakan satu pembuktian diri; akan tetapi terdapat keterbatasan khusus pada koperasi (kemampuan manajemen mekanisme, pengawasan internal, biaya transaksi, dan lain-lain yang sesungguhnya dapat membuat koperasi menjadi suatu lembaga yang lebih mampu nntuk merealisasikan skala ekonomi internal, jika hal-hal tersebut dapat ditingkatkan.

            Skala ekonomi financial dapat terjadi sebagai berikut: dengan mengkombinasikan kekuatan pasar dari para anggotanya suatu kerja sama mungkin mampu untuk mencapai harga yang lebih baik di pasar, dibandingkan dengan jika para anggota itu menjual dan membeli secara bebas. Hal ini benar-benar merupakan kasus:

  1. Jika kerja sama berhasil dalam menekan profit perusahaan lainnya (yang menjual atau membeli dari kerjasama) dalam kasus ini kerja sama bertindak sebagai monopolis (sebagai orang “besar”) untuk mencapai suatu pertambahan ekonomis dengan menggunakan kekuatan monopoli atau persaingan pengendalian (restraining).
  2. Kasus ke 2 mungkin dapat direalisasikan jika semakin tinggi volume penjualan/pembelian suatu kerja sama, memungkinkan pembeli/penjual itu sendiri merealisasikan pengurangan biayanya dan kemudian, paling tidak, sebagian ditransfer bagi kerja sama tersebut. Dalam kasus ini, kerja sama merupakan partisipasi secara tidak langsung dari skala ekonomi yang direalisasikan oleh pihak lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

STUDI KASUS ANALISIS

 

Koperasi Serba Usaha Setia Budi

Hasil penelitian menunjukkan Kondisi biaya tetap Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang selama periode 1994-2007 mengalami kenaikan dan penurunan tidak menentu. Kenaikan dan penurunan ini disebabkan karena adanya beberapa biaya yang mengalami kenaikan dan penurunan dan adanya faktor eksternal berupa kenaikan harga serta karena adanya kebijakan manajemen (berupa disesuaikan dengan kebutuhan). Sehingga berakibat pada perolehan sisa hasil usaha dan naik turunnya titik impas. Begitu juga dengan kondisi biaya variabel koperasi mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Semua ini disebabkan karena adanya kenaikan dan penurunan biaya-biaya tertentu dan munculnya biaya baru karena adanya kegiatan baru. Untuk Kondisi penjualan atau pendapatan cukup baik, meskipun pendapatan dari hasil penjualan sempat mengalami penurunan pada tahun 1994 dan pada tahun 1998 yang disebabkan karena turun pendapatan dari unit angkutan dan unit pertokoan karena banyaknya pesaing yang muncul yang bergerak di bidang yang sama. Namun, pada tahun sebelum dan sesudahnya pendapatan Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang selalu mengalami kenaikan. Sedangkan untuk margin of safety atau tingkat keamanannya yaitu pendapatan selalu dapat melewati margin of safety sehingga dapat dikatakan bahwa koperasi selalu memperoleh laba dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan pada Trend hasil pendapatan, biaya tetap, dan biaya variabel yang harus dicapai Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa kenaikan biaya variabel cenderung tajam melebihi kenaikan pendapatan dan biaya tetap.

Analisis masalah:

Biaya, Volume, Laba pada koperasi sangat berperan dalam menentukan tugas manajemen, yaitu merencanakan masa depan agar sedapat mungkin semua kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, di rencanakan dan diantisipasi sebaik mungkin. Dari segi manajemen keuangan, untuk mengetahui posisi keuangan perlu disusun laporan keuangan yang salah satu tujuannya adalah untuk merencanakan kegiatan koperasi dan sebagai alat untuk membuat keputusan dalam menjalankan usahanya. Laporan keuangan tersebut akan disampaikan oleh seorang manajer pada setiap akhir periode sebagai wujud pertanggungjawabannya. Tujuan dari analisis Biaya- volume- laba adalah untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan, maka analisis. Impas merupakan kasus khusus dari analisis biaya- volume- laba, yaitu penentuan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk menjadi tingkat laba nol.
Dalam penelitian ini mengambil sample Koperasi Serba Usaha Setia Budi Wanita Malang selama periode 1994-2007, dengan mengacu pada dokumentasi data sekunder laporan laba rugi tahun 1994-2007, karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tanpa hipotesis dengan begitu analisis datanya hanya memaparkan keadaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Masalah yang dihadapi koperasi dalam pemasaran adalah persaingan dalam pemasaran dan persaingan harga. Pendekatan kinerja struktur  model neo-klasik standar dalah suatu pendekatan yang paling umum dipakai dalam literatur koperasi. Model Neoklasik standar terdiri dari pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik (tidak sempurna), oligopoli, dan monopoli. Berkenaan dengan koperasi, kini dapat ditentukan secara lebih seksama tujuan dari analisis harga dalam struktur pasar yaitu tentang kebijakan harga koperasi pembelian (supply) yaitu koperasi yang membeli dan mendistribusikan input atau produk bagi para anggotanya dan kebijakan koperasi pemasaran (yaitu koperasi yang membeli produk dari anggota dan memasarkan produk kepada masyarakat umum).

Kinerja koperasi dalam jangka pendek persaingan sempurna suatu koperasi yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada anggotanya memasuki suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus memberikan paling sendikit manfaat yang sama dengan pasar bagi para anggotannya. Sedangkan dalam persaingan tidak sempurna para penjual bersaing melalui deferensiasi produk. Diferensiasi ini berasal dari perbedaan kualitas, periklanan, lokasi penjualan, kemasan dan lain-lain. Model oligopoli adalah bahwa jumlah penjual di pasar hanya sedikit, sehingga mereka menyadari adanya saling ketergantungan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka. 

Strategi dasar koperasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan faktor harga sebagai parameter tindakan dan penggunaan faktor non-harga melalui pengurangan biaya diferensiasi produk, kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan harga yang aktif, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk menyingkirkan koperasi yang baru masuk. Jika koperasi berproduksi dengan kemampuan lebih rendah (biaya lebih tinggi) para pesaing dapat dengan mudah melenyapkan pihak luar. Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah. Istilah skala ekonomi mengacu pada hubungan antara biaya rata-rata per unit waktu dengan skala perusahaan.

 

3.2  Saran  

  1. Bagi pembaca harus agar memahami materi yang terdapat dalam isi makalah karena masalah teori analisis teory harga pada kopersi ada dalam makakalah.
  2. Bagi para pelaku usaha koperasi harus tanggap dengan masalah  ekonomi khususnya pada masalah e harga karena harga merupakan kesanggupan orang membeli barang selain itu juga harus perlu diperhatikan kualitas yang sesuai harga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

 

Leave a comment